Naskah Teater: “Situs Itu Bernama LGO4D”

Genre: Drama Realis Sosial
Setting: Ruang tamu rumah kontrakan sederhana di pinggiran kota.
Pemain:

  • Ibu Rani (45) – Penjual gorengan, ibu rumah tangga.

  • Dio (20) – Anak sulung, baru lulus SMA, pengangguran.

  • Pak Sulaiman (50) – Tetangga sebelah, pengamat dunia online (sok tahu).


BABAK I: Di Antara Minyak Goreng dan Mimpi Besar

(Ibu Rani sedang menggoreng tempe. Dio duduk di lantai, memegang HP sambil sesekali menghela napas panjang.)

Ibu Rani:
(khawatir)
Dio, udah dua minggu ini kamu melamun terus. Lulus SMA bukannya nyari kerja?

Dio:
(sambil menatap layar)
Kerja di mana, Bu? Lamaran saya gak dipanggil-panggil.
Terus… saya lihat ada temen yang dapet dua juta dari situs LGO4D.

Ibu Rani:
(langsung berhenti menggoreng)
Lho, itu kan situs main angka itu to? Judi, Dio!

Dio:
(tidak langsung menjawab)
Bu… saya cuma pengen nyoba. Cuma daftar doang dulu…

(Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Masuklah Pak Sulaiman dengan membawa plastik berisi kopi sachet.)


BABAK II: Diskusi Tiga Generasi Digital

Pak Sulaiman:
(sambil duduk santai)
Wah, kalian lagi bahas situs LGO4D, ya? Saya sering denger tuh. Banyak anak muda sekarang ngejar peluang dari sana.

Ibu Rani:
(sinis)
Peluang apaan, Pak? Itu kan sama aja buang uang. Mending Dio bantu saya jualan gorengan di pasar.

Dio:
(tegang)
Tapi, Bu… orang-orang sekarang cari uang gak cuma dari jualan. Dunia udah berubah.
Kalau memang dari situs LGO4D bisa dapet hasil, kenapa gak dicoba?

Pak Sulaiman:
(mengangguk bijak)
Saya bukan pendukung judi, ya. Tapi saya ngerti kenapa situs kayak LGO4D itu rame.
Karena sekarang, hidup itu makin susah. Banyak orang pengen instan.
Dan situs itu… menawarkan harapan cepat.


BABAK III: Titik Balik Seorang Ibu

Ibu Rani:
(sambil duduk, lelah)
Bu Rani dulu juga pernah punya mimpi.
Punya warung makan, punya kios sendiri.
Tapi kenyataannya sekarang? Goreng tempe, pagi-siang-malam.

(pelan)
Kalau Dio memang yakin…
silakan coba daftar.
Tapi satu hal, Nak —
jangan pernah menggantungkan hidup cuma di satu situs. Termasuk situs LGO4D itu.

Dio:
(pelan)
Saya paham, Bu. Saya gak mau lari dari kenyataan.
Saya cuma pengen tahu…
apakah dunia ini masih punya pintu untuk orang seperti saya.


PENUTUP: MONOLOG

(Lampu panggung perlahan redup. Dio berdiri sendiri, menatap layar HP-nya.)

Dio (monolog):
Mereka bilang itu cuma situs angka.
Tapi buatku… itu simbol.
Simbol bahwa di dunia yang tidak adil,
masih ada tombol yang bisa aku tekan sendiri.
Tanpa bos. Tanpa syarat.
Cuma harapan, dan keberanian.

(Lampu mati. Selesai.)


Catatan Sutradara:

Naskah ini bukan promosi. Ini refleksi.
Karena situs LGO4D, seperti banyak ruang digital lainnya, adalah cermin.
Cermin dari masyarakat yang mencari arah — di tengah gelombang zaman yang tak selalu ramah.

Gunakan internet dengan bijak. Jangan jadikan peluang semu sebagai satu-satunya jalan. Tapi pahami mengapa pintu-pintu semu itu muncul. Dan siapa yang berdiri di baliknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *